ingatan kolektif

Ada sesuatu yang abstrak, tapi nyata. Inisiatif konservasi yang lahir dari sebuah ide sederhana—mewakafkan tanah untuk dijadikan hutan—berdiri justru di wilayah antara rasionalitas ekologi dan misteri keyakinan. Konsepnya terang: ekosistem yang rusak mesti dipulihkan. Lahan kritis harus dibebaskan, pohon ditanam, tutupan hutan dikembalikan. Sebuah kerja nyata yang menuntut disiplin dan tenaga. Namun di atas fondasi itu, ia sekaligus berdiri sebagai pernyataan simbolik: hutan ini tak lagi milik perorangan, ia milik yang lebih besar dari sekadar kita—ia milik masa depan.

Tagline-nya singkat: Inisiatif Konservasi. Kata “wakaf” di sini menjadi instrumen yang memberi bobot, yang mengikat niat pada sesuatu yang lebih kokoh dari kontrak hukum atau janji proyek. Wakaf menyalurkan kesadaran manusia ke sebuah bentuk yang tahan lebih lama dari hidupnya sendiri. Wakaf menjanjikan kontinuitas; sebuah tanah, bila sudah diwakafkan, tak bisa lagi ditarik mundur. Ia telah berpindah dari ranah pribadi ke ranah abadi. Maka, hutan yang tumbuh di atasnya bukan sekadar perisai bagi Daerah Aliran Sungai, bukan sekadar ruang hidup satwa liar, atau laboratorium alam bagi plasma nutfah. Ia sekaligus pernyataan: manusia bisa memutuskan untuk tidak merusak.

Namun, daya hidup sebuah inisiatif tak hanya datang dari argumentasi. Ada semacam daya mistik yang tak terukur, yang membuat orang-orang tiba-tiba ikut serta. Banyak di antara mereka mungkin belum paham betul apa itu “hutan wakaf”, bagaimana konsep ekologi bekerja, atau mengapa plasma nutfah penting. Tapi mereka datang. Mereka ikut. Mereka merasa sesuatu yang lebih besar sedang bergerak, dan keikutsertaan itu sendiri sudah cukup memberi kebanggaan. Dengan sukarela, mereka menanam pohon, membersihkan lahan, atau sekadar hadir dalam lingkaran komunitas.

Mungkin di situlah letak kekuatan sebenarnya: sebuah komunitas yang lahir bukan dari kesepakatan rasional semata, melainkan dari rasa percaya. Percaya bahwa setiap hal kecil, meski tampak sepele, adalah bagian dari penyempurnaan bersama. Percaya bahwa hutan yang lahir dari wakaf bukan hanya kumpulan pohon, melainkan sebuah ingatan kolektif: bahwa manusia bisa memilih untuk membangun, bukan meruntuhkan.

ikhw.org

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *